Kamu mungkin pikir bahwa General Shepherd hanyalah salah satu karakter antagonis dalam Call of Duty, tapi pengkhianatannya terhadap tim dan motifnya yang gelap menjadikannya salah satu villain paling ikonik di dunia game. Berikut ini 10 fakta tentang Shepherd yang membuktikan betapa dalam dan kejamnya pengkhianatan itu.

Sebelum semua kejadian dramatis dalam seri, General Shepherd pernah memimpin invasi ke Timur Tengah sebagai bagian dari perang di sebuah negara Timur Tengah imajiner. Namun sebuah bom nuklir yang diledakkan oleh musuh menghancurkan seluruh pasukan invasi tersebut, dan 30.000 Marinir AS di bawah komandonya tewas. Kematian besar-besaran itu menghancurkan mental Shepherd, menjadikannya pribadi yang penuh dendam dan haus kekuasaan.
Setelah tragedi tersebut, Shepherd diam-diam mendirikan unit spesial: Task Force 141, bekerja sama dengan agen seperti John “Soap” MacTavish dan merekrut tokoh seperti Simon “Ghost” Riley. Di samping itu, ia juga membentuk pasukan elit pribadinya, Shadow Company, sebagai alat untuk menjalankan rencana gelapnya.
Shepherd menjadikan Makarov sosok ekstremis yang bertanggung jawab atas ledakan nuklir sebagai target utamanya. Ia percaya bahwa hanya dengan menghancurkan Makarov dan memenangkan perang melawan Rusia, ia bisa menebus kehancuran pasukannya dulu dan mengembalikan kejayaan militer negaranya.
Untuk mewujudkan ambisinya, Shepherd merancang serangkaian kejadian yang memicu konflik besar. Salah satunya: menyusupkan seorang tentara, PFC Joseph Allen, ke kelompok Makarov untuk melakukan serangan teroris terhadap bandara. Ketika identitas Allen bocor dan ia tewas, publik menduga AS berada di balik serangan tersebut. Ini memancing kemarahan dan kemunafikan, lalu akhirnya memicu perang antara Rusia dan AS. Dengan perang ini, Shepherd berharap militer AS akan tumbuh besar dan ia akan menjadi pahlawan perang yang dikenang.

Setelah Task Force 141 berhasil menembus markas musuh, Shepherd tiba-tiba berbalik dan menghabisi anggota timnya sendiri: Ghost dan Roach. Ia kemudian memakai pasukan Shadow Company untuk membantai sisa tim 141. Ini bukan hanya pengkhianatan ini adalah eksekusi demi menutup semua “jejak” yang bisa mengungkap rencananya.
Motivasi Shepherd bukan sekadar dendam. Ia ingin mendapatkan kembali kehormatan militer dan menjadi pahlawan yang dikenang dunia. Dengan menciptakan perang besar, menghancurkan musuh, dan “menyelamatkan” negaranya, Shepherd yakin bisa menebus rasa sakit masa lalu. Bagi Shepherd, jumlah korban termasuk teman satu tim, bukan masalah: “tujuan suci” membenarkan cara kejam.
Shepherd tak segan memanipulasi intelijen dan identitas agar rencananya sukses. Identitas Allen sengaja bocor ke Makarov agar serangan di bandara bisa dikambinghitamkan ke AS. Dia juga menahan informasi penting dari Task Force 141, membuat timnya berjalan dalam kegelapan sehingga ketika waktunya tiba, ia bisa menghabisi mereka tanpa perlawanan berarti.
Awalnya, Shepherd digambarkan sebagai pemimpin militer yang tegas dan patriotik. Namun tragedi besar dan ambisinya sendiri mengubahnya menjadi karakter yang haus kekuasaan. Transformasinya dari figur pelindung menjadi pengkhianat kepercayaan menjadikannya salah satu villain paling tragis dan kompleks di dunia game.
Setelah semua pengkhianatan dan kekejaman, anggota yang selamat dari tim 141 Captain John Price dan Soap berhasil mengejar Shepherd ke markasnya di Afghanistan. Dalam konfrontasi terakhir, Price mematahkan rencana ambisinya dan bersama Soap, mereka berhasil mengalahkan Shepherd. Kematian Shepherd menjadi penutup tragis atas ambisi kejamnya sekaligus peringatan bahwa kekuasaan butuh moral, bukan sekadar dendam.

Pengkhianatan oleh Shepherd tak cuma berdampak naratif. Untuk banyak pemain, adegan di mana Ghost dan Roach dibunuh dan tim yang dipercaya berubah jadi musuh menjadi salah satu momen paling mengejutkan dan traumatis dalam sejarah Call of Duty. Pengkhianatan ini menggambarkan seberapa tipis garis antara loyalitas dan pengkhianatan, dan betapa seseorang bisa berubah drastis saat dendam dan kekuasaan mulai menguasai hati.
Penting juga bahwa karakter seperti Shepherd mengingatkan kamu: dalam konflik, “pahlawan” bisa berubah menjadi musuh jika moral digantikan oleh ambisi dan dendam.
Setelah semua darah dan pengkhianatan, kisah General Shepherd menunjukkan bahwa ancaman terbesar kadang bukan datang dari luar tapi dari orang yang kamu percaya sebagai pelindung. Pengkhianatannya terhadap Task Force 141 dan negara, serta manipulasi dan kekejamannya, membuatnya pantas dijuluki sebagai pengkhianat terbesar dalam sejarah Call of Duty.
Nantikan informasi-informasi menarik lainnya dan jangan lupa untuk ikuti Facebook dan Instagram Dunia Games ya. Kamu juga bisa dapatkan voucher game untuk Mobile Legends, Free Fire, Call of Duty Mobile dan banyak game lainnya dengan harga menarik hanya di Top-up Dunia Game.