Di tengah ramainya industri musik Jepang yang dipenuhi talenta muda dan persaingan ketat, nama Sayuri berhasil mencuri perhatian sebagai sosok unik yang sulit untuk diabaikan. Penampilannya yang misterius, rambut hitam berantakan, serta gaya bermusik yang penuh luka dan kejujuran menjadikannya salah satu musisi paling autentik di generasinya. Namun jauh sebelum tampil di stadion besar atau menyanyikan lagu anime populer, Sayuri hanyalah seorang street musician yang bernyanyi di pinggir jalan sembari membawa gitarnya.
Sayuri memulai kariernya sebagai penyanyi jalanan di kota Fukuoka ketika masih sangat muda. Ia memperkenalkan dirinya dengan konsep yang ia sebut Sanketsu Shōjo atau Gadis Kekurangan Oksigen. Julukan ini bukan sekadar gimmick, tetapi cerminan kondisi emosional dan mental yang sering ia sampaikan dalam lagu.
Tema yang ia bawa sejak awal jauh dari kata manis. Lagu-lagunya dipenuhi nuansa cemas, keterasingan, dan rasa putus asa. Justru karena begitu jujur dan apa adanya, performa jalanannya menarik perhatian banyak pendengar yang merasa terhubung dengan rasa sakit dan kejujuran itu.
Dukungan dari komunitas musik indie pun mulai berdatangan. Sayuri merekam demo independen yang mendapat sambutan positif, menjadi pintu pertama menuju industri profesional.
Nama Sayuri meledak ketika ia dipercaya membawakan lagu tema untuk anime Rampo Kitan, dan semakin besar ketika ia menyanyikan ending song Sore wa Chiisana Hikari no Youna untuk anime Erased (Boku dake ga Inai Machi). Lagu tersebut langsung menjadi salah satu ending paling emosional dalam dunia anime modern, memperkenalkan Sayuri ke audiens global.
Kolaborasinya dengan Yojiro Noda dari RADWIMPS untuk lagu Fiction juga memperkuat posisinya. Sayuri terbukti mampu menghadirkan musik yang tidak hanya menjadi latar cerita, tetapi juga memperdalam emosi dan makna anime tersebut.
Daya tarik utama Sayuri adalah lirik-liriknya yang gelap namun penuh kejujuran. Ia menuliskan perasaan terdalam tentang kecemasan, trauma masa lalu, rasa minder, kebingungan tentang masa depan, hingga harapan kecil yang menjadi cahaya bagi banyak pendengar.
Vokalnya yang serak lembut membuat setiap lagu terdengar seperti halaman diary seorang gadis rapuh yang berusaha bertahan. Musiknya memadukan folk, akustik, dan elemen eksperimental, menjadikannya berbeda dari kebanyakan musisi pop Jepang.
Hal inilah yang membuat Sayuri disukai penggemar anime, manga, maupun pendengar yang mencari musik dengan kedalaman emosional.
Perjalanan Sayuri tidak instan. Dari udara dingin jalanan Fukuoka hingga lampu terang konser besar di Tokyo, ia melalui proses panjang yang penuh perjuangan. Kini ia tampil dalam berbagai festival, merilis album yang dipuji kritikus, dan menjadi salah satu musisi Jepang yang pengaruhnya terus meluas.
Bagi para penggemarnya, kisah hidup Sayuri adalah bukti bahwa suara yang lahir dari kejujuran dan luka tetap memiliki tempat di industri besar. Ia menjadi simbol bahwa siapa pun bisa sukses selama berani menjadi diri sendiri.
Sayuri bukan sekadar musisi. Ia adalah representasi perjalanan panjang seseorang yang memilih jujur pada perasaannya. Dari jalanan sempit hingga panggung megah, ia membuktikan bahwa musik yang lahir dari hati akan selalu menemukan jalannya.
Pada 27 September 2024, publik dikejutkan oleh pengumuman resmi dari suaminya, Amaarashi, yang menyampaikan bahwa Sayuri telah meninggal dunia pada 20 September 2024 pada usia 28 tahun. Kepergiannya terjadi setelah ia dikabarkan lama berjuang melawan penyakit kronis yang mempengaruhi kondisi fisik maupun vokalnya. Beberapa bulan sebelum wafat, Sayuri sempat mengumumkan hiatus dari dunia musik karena mengalami gangguan suara yang membuatnya sulit tampil dan bernyanyi.
Pemakamannya dilaksanakan secara privat, hanya dihadiri keluarga serta teman-teman terdekat. Keputusan tersebut mencerminkan bagaimana Sayuri dan orang-orang di sekitarnya ingin menjaga momen perpisahan itu tetap tenang dan penuh penghormatan.
Kabar duka ini langsung menyebar luas dan meninggalkan rasa kehilangan mendalam bagi para penggemar, musisi, serta komunitas anime di berbagai negara. Banyak yang mengenang Sayuri sebagai sosok dengan suara yang membawa luka sekaligus kehangatan, seorang artis yang mampu menjembatani perasaan gelap dan harapan kecil melalui lirik-liriknya.
Warisan Sayuri hidup melalui karya-karyanya—lagu-lagu yang menggambarkan kegelisahan, kesepian, pertumbuhan diri, dan keberanian untuk tetap jujur pada perasaan sendiri. Musiknya menjadi tempat pelarian bagi banyak pendengar yang merasakan hal serupa, membuatnya dikenang sebagai musisi yang tidak hanya tampil, tetapi juga memberi ruang bagi mereka yang merasa tidak memiliki suara.
Meskipun hidupnya singkat, kontribusi Sayuri terhadap musik Jepang dan dunia pop culture meninggalkan jejak yang akan terus bertahan. Ia menjadi inspirasi bagi musisi muda, penggemar anime, hingga orang-orang yang melihatnya sebagai simbol ketulusan dan keberanian untuk menyampaikan hal-hal yang sering tak terucapkan.