Proses Pembuatan Anime: Dari Storyboard hingga Warna Akhir dalam Satu Episode
Pernahkah kamu bertanya-tanya, bagaimana sebenarnya proses pembuatan satu episode anime dilakukan? Di balik setiap adegan menegangkan atau momen lucu yang kamu lihat di layar, ada ratusan orang dan langkah rumit yang saling terhubung. Dunia animasi Jepang dikenal dengan sistem produksinya yang sangat terstruktur dan penuh detail. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana satu episode anime dikerjakan dari awal sampai akhir, dengan contoh nyata dari proses produksi modern.
Semua dimulai ketika storyboard (atau e-conte) disetujui oleh sutradara dan produser. Storyboard inilah yang menjadi peta visual seluruh episode. Setelah itu, tim produksi membagi episode menjadi beberapa scene, dan setiap scene dipecah lagi menjadi cut. Cut adalah unit kecil yang berisi satu aksi atau gerakan tertentu, misalnya satu karakter yang berlari atau kamera yang berpindah arah.
Idealnya, satu animator menangani beberapa cut yang saling berhubungan agar gaya gerak dan ekspresi tetap konsisten. Proses ini disebut warifuri, yaitu pembagian tugas kepada animator yang dicatat dalam tabel bernama warifuri hyou. Di situ tertulis siapa yang mengerjakan cut mana, jadwalnya, serta bayaran per cut.
Contohnya bisa kita lihat pada episode 11 Vinland Saga Season 2, di mana storyboard dikerjakan oleh Shingo Uchida dan desain karakter diambil dari karya Takahiko Abiru. Setelah menerima tugas, animator biasanya bertemu sutradara episode untuk mendiskusikan arahan visual dan konteks emosional tiap cut.
Setelah pembagian tugas selesai, tahap berikutnya adalah layout. Ini merupakan sketsa kasar yang menentukan komposisi frame, posisi karakter, gerakan kamera, dan latar belakang. Di sini juga mulai muncul rough key frames, yaitu gambar-gambar utama yang menjadi dasar animasi.
Layout berfungsi seperti peta kerja bagi seluruh tim, termasuk bagian background dan efek visual. Dari layout ini, semua orang tahu bagaimana timing, ekspresi, dan pergerakan akan berjalan dalam satu cut.
Begitu layout selesai, tahap pemeriksaan dimulai. Animation Director atau sakkan bertugas memeriksa kualitas gambar dan memastikan anatomi, ekspresi, serta gaya tetap sesuai standar seri. Jika ada kesalahan atau gambar yang kurang pas, sakkan akan memberi koreksi.
Selain itu, Chief Animation Director memeriksa ulang untuk memastikan keseluruhan episode memiliki kualitas yang merata. Sementara Enshutsu atau sutradara episode fokus pada aspek teknis, seperti pergerakan kamera dan tempo animasi.
Setelah koreksi diterima, animator membuat genga, yaitu versi lebih rapi dari layout. Genga berfungsi sebagai gambar utama yang akan digunakan untuk menentukan pergerakan halus nantinya. Jika animator lain harus menyelesaikan bagian yang belum beres, proses ini disebut nigen atau 2nd key animation.
Genga kemudian kembali diperiksa untuk memastikan gerakan, ekspresi, dan garis sesuai dengan karakter. Proses ini penting karena akan menjadi dasar dari ribuan frame yang akan digerakkan nanti.
Bersamaan dengan pengerjaan genga, tim background artist mulai melukis latar belakang berdasarkan referensi dari Art Director. Setiap detail, mulai dari pencahayaan hingga tekstur, disesuaikan agar serasi dengan tone cerita.
Setelah genga disetujui, gambar dikirim ke bagian douga, yang bertugas memperhalus garis dan menambahkan frame di antara key frame agar gerakannya lebih mulus. Tahap selanjutnya disebut shiage, yaitu proses pewarnaan digital.
Setiap frame diberi warna berdasarkan model warna karakter (color settei) agar konsisten dari satu episode ke episode lain. Setelah semua frame selesai, hasilnya diteruskan ke tahap pasca produksi untuk ditambahkan efek visual, suara, dan musik.
Dari storyboard hingga pewarnaan, setiap tahap dalam produksi anime membutuhkan ketelitian luar biasa. Hanya untuk satu episode berdurasi 20 menit, bisa ada ratusan cut dan ribuan gambar yang dikerjakan oleh puluhan animator.
Proses ini memperlihatkan dedikasi besar di balik setiap anime yang kita tonton. Pada bagian berikutnya, kita akan membahas bagaimana aspek audio, seperti pengisian suara dan musik, ikut membentuk atmosfer cerita dan emosi penonton.