Beli Pemain PH Terlalu Berisiko untuk Tim MPL ID, Ini Alasannya

Beli Pemain PH Terlalu Berisiko untuk Tim MPL ID, Ini Alasannya

Mobile Legends
19 November 2025
10 views

Scene kompetitif Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) terus berkembang dari musim ke musim, termasuk di MPL ID yang dianggap sebagai salah satu liga paling sengit di dunia. Persaingan yang semakin ketat membuat banyak tim mencari cara untuk memperkuat roster mereka, salah satunya dengan mendatangkan Pemain PH. Reputasi pemain Filipina yang dikenal mekanik tinggi dan disiplin membuat mereka menjadi incaran utama tim-tim Indonesia.

Namun, keputusan membeli Pemain PH tidak selalu berujung manis. Walau hype dan ekspektasinya besar, tidak sedikit transfer yang justru berakhir mengecewakan. Banyak faktor yang membuat pemain Filipina tidak langsung bisa tampil sesuai harapan di Indonesia. Hal ini membuat manajemen tim harus berpikir ekstra keras sebelum mengeluarkan biaya besar untuk mendatangkan mereka.

Fenomena ini sudah berlangsung sejak beberapa musim terakhir. Tim MPL ID terlihat makin agresif dalam merekrut Pemain PH, berharap menemukan sosok seperti Kairi yang sukses besar di ONIC Esports. Tapi realita berkata lain: hanya sedikit yang benar-benar berhasil. Lebih banyak yang struggling, kalah saing, atau bahkan tidak bertahan lama di kompetisi.

Situasi ini memunculkan diskusi menarik: apakah mendatangkan Pemain PH memang sepadan dengan risikonya? Atau justru menghabiskan resource yang seharusnya bisa digunakan untuk membangun talenta lokal? 

Beli Pemain PH Butuh Pengorbanan, Tapi Tak Ada Jaminan

Pemain PH

Pemain Filipina memang punya reputasi tinggi di komunitas MLBB. Mereka dianggap sebagai salah satu pemain paling apik di scene global. Gaya main agresif, disiplin rotasi, dan mekanik individu kuat membuat banyak pelatih dan analis percaya bahwa Pemain PH bisa mengangkat performa tim MPL ID.

Itu sebabnya berbagai tim mulai mengambil pemain dari Filipina sejak beberapa musim lalu. Namun faktanya, yang benar-benar berbuah manis bisa dihitung jari. Kesuksesan Pemain PH di MPL ID tidak semudah yang dibayangkan. Setiap tim harus mengeluarkan biaya tinggi, waktu adaptasi panjang, hingga mengubah pola latihan agar pemain import tersebut bisa menyatu.

Hingga kini, hanya satu nama yang bisa disebut benar-benar “sukses total”: Kairi. Sang jungler membawa ONIC ke era kejayaan dengan gelar back-to-back, performa stabil, dan dampak besar dalam strategi tim. Ia menjadi contoh terbaik bahwa Pemain PH bisa berhasil—tapi hanya dalam kondisi yang sangat ideal.

Setelah Kairi, ada Baloyskie dan Emann. Keduanya memang belum meraih gelar juara di Indonesia, namun kontribusi mereka sangat signifikan bagi tim masing-masing. Baloyskie mengangkat performa Geek Fam ID, sementara Emann membantu Bigetron Esports tampil lebih konsisten dan kompetitif. Mereka adalah bukti bahwa Pemain PH bisa memberi dampak—meski tidak selalu berujung trofi.

Di sisi lain, ada banyak kasus yang berakhir tak sesuai ekspektasi. Banyak pemain Filipina gagal beradaptasi, tidak cocok dengan tim, atau tidak mampu menahan tekanan MPL ID yang level keketatannya sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rekrutmen pemain dari Filipina bukan hanya soal skill.

Yang lebih menarik, tim full Indonesia juga terbukti mampu bersaing dan menang melawan tim yang menggunakan pemain Filipina. Team Liquid ID menjuarai MPL ID Season 14 dengan roster 100% lokal. Lalu di Season 16, Alter Ego dan EVOS—dua tim full Indonesia—menduduki peringkat kedua dan ketiga, mengalahkan tiga tim yang diperkuat Pemain PH: Dewa United Esports, NaVi, dan Bigetron.

Pemain PH

Fakta ini menunjukkan bahwa meski pemain Filipina punya nama besar, kualitas pemain Indonesia juga tidak kalah. Tanpa roster import pun, tim-tim lokal mampu memberikan perlawanan keras dan bahkan melampaui hasil tim yang memakai pemain luar.

Hanya ONIC bersama Kairinya yang kembali menjadi juara. Itu pun karena ekosistem mereka sudah matang dan sangat cocok untuk memaksimalkan potensi pemain Filipina tersebut. Tidak semua tim bisa meniru formula yang sama, sehingga harapan “mendatangkan Pemain PH = auto kuat” jelas keliru.

Yang jadi masalah terbesar adalah risiko yang sangat tinggi. Mendatangkan pemain dari Filipina butuh banyak pengorbanan: mulai dari biaya transfer, akomodasi, pendampingan, hingga penyesuaian gameplay. Selain itu, pemain import harus belajar bahasa Indonesia, mengenal budaya baru, dan menyesuaikan diri dengan gaya main yang berbeda.

Masalah adaptasi inilah yang sering menjadi batu sandungan. Sehebat apa pun mekanik seorang pemain, jika komunikasi dan chemistry gagal dibangun, performanya akan jauh dari optimal. Tekanan bermain di MPL ID yang terkenal keras juga menjadi faktor besar.

Pada akhirnya, terlalu banyak variabel yang harus berhasil jika tim ingin Pemain PH tampil sempurna di Indonesia. Dan sejarah menunjukkan bahwa sebagian besar tidak berjalan sesuai rencana.

Banyak analis dan manajemen mulai menyadari bahwa investasi besar ini mungkin tidak sebanding dengan hasilnya. Justru membangun talenta lokal dan memaksimalkan ekosistem internal terlihat lebih menjanjikan, baik dari sisi jangka panjang maupun stabilitas performa tim.

Kesimpulannya, mendatangkan Pemain PH memang menggoda, terutama bagi tim yang ingin cepat kuat. Tapi tanpa sistem yang matang, risikonya jauh lebih besar daripada potensi keuntungannya. Tim MPL ID harus lebih berhati-hati dan realistis dalam mengambil keputusan ini—atau mereka akan mengulang kesalahan yang sama musim demi musim.

Nantikan informasi-informasi menarik lainnya dan jangan lupa untuk ikuti Facebook dan Instagram Dunia Games ya. Kamu juga bisa dapatkan voucher game untuk Mobile Legends, Free Fire, Call of Duty Mobile dan banyak game lainnya dengan harga menarik hanya di Top-up Dunia Game.