Tak ada yang bisa menyangkal bahwa Grand Theft Auto IV adalah salah satu mahakarya terbesar dari Rockstar Games. Dirilis pada 2008, game ini menandai era baru dalam dunia open-world dengan narasi yang dalam, karakter yang kompleks, dan atmosfer kota Liberty City yang hidup seperti nyata.
Dalam rubrik DG Replay kali ini, kita akan menelusuri kembali kejayaan GTA IV, sebuah karya yang bukan hanya revolusioner secara teknis, tetapi juga emosional. Mari kita kilas balik ke masa ketika Rockstar mencapai puncak kreativitas dan menghadirkan pengalaman bermain yang tak terlupakan.
Grand Theft Auto IV menghadirkan kisah kelam dengan eksekusi yang luar biasa matang, menjadikannya salah satu narasi paling emosional dan realistis dalam sejarah game. Rockstar Games menampilkan sisi gelap dari impian Amerika melalui tokoh-tokohnya seperti Playboy X, Elizabeta Torres, dan keluarga McReary yang semuanya terjebak dalam lingkaran kejahatan dan keserakahan. Alih-alih menemukan kebebasan, mereka justru tenggelam dalam kegagalan finansial, pengkhianatan, dan penderitaan yang berulang.
Niko Bellic, sang protagonis, menjadi simbol kehancuran moral di dunia yang keras. Ia berusaha menebus masa lalunya, namun dihantui oleh dosa dan keputusan yang terus membayangi. Melalui dialog yang tajam, seperti ketika ia berkata bahwa “tidak ada yang namanya awal baru,” GTA IV menegaskan bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi.
Rockstar tak hanya menciptakan dunia kriminal yang suram, tetapi juga refleksi tajam tentang “American Dream” yang ternyata hanyalah ilusi bagi mereka yang tidak lahir dalam kekayaan. Tema keputusasaan dan realisme sosial ini dieksekusi dengan ciamik, membuat GTA IV bukan sekadar game aksi, melainkan tragedi modern yang mengguncang batin pemainnya.
Grand Theft Auto IV menghadirkan gameplay yang benar-benar realistis dan jauh melampaui masanya. Pada tahun 2008, ketika game ini dirilis, tidak ada game open-world lain yang mampu menandingi kedalaman teknis dan detail yang ditawarkan Rockstar Games.
Sistem fisiknya begitu canggih hingga setiap tabrakan, gerakan tubuh, dan reaksi lingkungan terasa alami, seolah diambil langsung dari kehidupan nyata.
Teknologi Euphoria Engine yang digunakan membuat interaksi antar karakter dan kendaraan terasa hidup, dengan animasi yang dinamis dan penuh variasi. Hasilnya, setiap perkelahian, jatuh, atau tabrakan terlihat berbeda dan realistis, bukan sekadar skrip berulang seperti di game lain pada zamannya.
Bahkan hardware PC terbaik tahun 2008 pun sering kewalahan menjalankan GTA IV di pengaturan tertinggi, menunjukkan betapa ambisiusnya proyek ini secara teknis.
Kini, 17 tahun kemudian, game ini masih terasa relevan dan tetap mengesankan ketika dimainkan di 2025. Realisme dunia Liberty City, ditambah atmosfer yang hidup dan sistem gameplay yang mendalam, menjadikan GTA IV bukti nyata bahwa karya visioner bisa melampaui batas zaman dan teknologi.
Niko Bellic adalah protagonis yang berbeda dari karakter utama Grand Theft Auto lainnya. Jika CJ di GTA: San Andreas digambarkan sebagai sosok ambisius yang ingin membangun kembali kejayaannya di Los Santos, dan tiga protagonis GTA V yaitu Michael, Franklin, serta Trevor mewakili kehidupan kriminal modern dengan gaya flamboyan dan penuh aksi, maka Niko tampil jauh lebih manusiawi dan tragis.
Sebagai mantan tentara asal Eropa Timur, Niko membawa trauma perang dan pandangan hidup yang sinis. Ia tidak mengejar kekayaan atau ketenaran, melainkan berjuang untuk melarikan diri dari masa lalu kelam serta menemukan kedamaian di dunia baru yang ternyata sama rusaknya.
Konflik batinnya, antara moralitas dan kebutuhan untuk bertahan hidup, menjadikannya karakter paling kompleks dan realistis di seri ini.
Pendekatan Rockstar terhadap Niko menciptakan sosok protagonis yang gelap, reflektif, dan berlapis emosi, menjadikannya ikon unik dalam sejarah Grand Theft Auto.
Grand Theft Auto IV menawarkan misi yang penuh konsekuensi dan jauh dari sekadar aksi tanpa makna. Setiap keputusan yang diambil Niko Bellic dalam cerita membawa dampak nyata, baik terhadap jalan cerita maupun hadiah yang diterimanya. Tidak semua hadiah memberi keuntungan; beberapa justru membuat perjalanan menjadi lebih sulit dan menambah beban moral bagi pemain.
Sistem pilihan ini memberikan kedalaman luar biasa pada gameplay, membuat pemain harus benar-benar memikirkan tindakan mereka sebelum menekan pelatuk atau memilih aliansi. Pada masanya, konsep seperti ini sangat revolusioner untuk genre open-world.
Rockstar juga memperkenalkan dua cabang ending yang berbeda, masing-masing dengan konsekuensi emosional dan naratif yang kuat. Pilihan antara “Deal” atau “Revenge” bukan hanya menentukan nasib karakter utama, tetapi juga menggambarkan tema besar GTA IV tentang harga dari kekerasan dan pengkhianatan. Inilah yang membuat misi-misi GTA IV terasa hidup dan bermakna.
Sebagai penutup, Grand Theft Auto IV tetap menjadi bukti nyata kehebatan Rockstar Games dalam menciptakan game dengan kedalaman emosional, teknis, dan naratif yang luar biasa.
Visualnya mungkin sudah menua, tetapi gameplay realistis, misi penuh konsekuensi, dan karakter kompleks seperti Niko Bellic menjadikannya pengalaman yang tak lekang oleh waktu.
Liberty City terasa hidup bukan karena grafisnya, melainkan karena cerita dan atmosfer yang dibangunnya dengan begitu kuat. Jika kamu tidak masalah dengan visual yang jadul namun menginginkan gameplay yang imersif dan misi yang benar-benar berkesan, GTA IV adalah game yang wajib kamu mainkan, bahkan 17 tahun setelah perilisannya.
Jangan ketinggalan informasi penting mengenai game AAA hanya di Dunia Games. Klik di sini untuk informasi terbarunya ya.
Nantikan informasi-informasi menarik lainnya dan jangan lupa untuk ikuti Facebook dan Instagram Dunia Games ya. Kamu juga bisa dapatkan voucher game untuk Mobile Legends dengan harga menarik hanya di Top-up Dunia Games.