Musim anime kali ini menghadirkan sebuah kejutan menyegarkan yang jauh dari pertarungan sihir atau reinkarnasi di dunia lain. Judul yang menjadi perbincangan hangat di berbagai forum komunitas adalah "Tojima-kun wa Kamen Raidā ni Naritai!" (Tojima Wants to Be a Kamen Rider). Anime ini menawarkan premis sederhana namun dieksekusi dengan cemerlang: apa jadinya jika seorang pria dewasa yang terjebak dalam rutinitas membosankan memutuskan untuk mengejar kembali impian masa kecilnya yang paling absurd?

Cerita berpusat pada Tojima Kenji, seorang akuntan berusia 32 tahun yang hidupnya didefinisikan oleh tumpukan laporan, rapat tanpa akhir, dan makan malam sendirian di apartemen sempitnya. Namun, di balik wajah lelahnya, Tojima menyimpan semangat yang membara. Sejak kecil, ia adalah penggemar berat serial tokusatsu, terutama Kamen Rider. Baginya, mereka adalah simbol keadilan, keberanian, dan harapansemua hal yang terasa hilang dari kehidupannya saat ini.
Titik baliknya terjadi ketika ia tanpa sengaja menolong seorang anak mengambil balonnya yang tersangkut. Ucapan "Terima kasih, paman pahlawan!" dari anak itu menyalakan kembali api yang telah lama padam. Sejak saat itu, Tojima memulai misinya: menjadi pahlawan di kehidupan nyata. Tentu saja, perjalanannya tidak mulus dan penuh dengan momen komedi yang mengocok perut.

Meskipun bergenre komedi, daya tarik utama anime ini terletak pada eksekusinya yang cerdas dan berlapis:
Parodi Penuh Cinta pada Tokusatsu: Anime ini adalah surat cinta untuk genre tokusatsu. Mulai dari Tojima yang mencoba melakukan pose "Henshin!" di toilet kantor, mendesain kostum pahlawannya dari kardus bekas dan lakban, hingga menamai "serangan pamungkas"-nya dengan nama-nama konyol seperti "Final Deadline Kick!". Semua parodi ini dilakukan dengan penuh hormat, sehingga penggemar lama tokusatsu akan merasa terhibur, bukan tersinggung.
Karakter Utama yang Sangat Manusiawi: Tojima bukanlah pahlawan super. Ia canggung, sering diremehkan, dan usahanya sering berakhir dengan kegagalan memalukan. Namun, semangatnya yang tak pernah padam dan ketulusan hatinya membuatnya sangat relatable. Penonton tidak menertawakan Tojima, melainkan menertawakan situasi bersamanya dan mendukung perjuangannya.
"Musuh" adalah Masalah Kehidupan Sehari-hari: "Monster" yang dihadapi Tojima bukanlah alien atau makhluk jahat, melainkan manifestasi dari masalah orang dewasa: bos yang galak digambarkan sebagai kaijin (monster) dengan kekuatan "omelan super", tagihan yang menumpuk adalah "organisasi jahat" yang harus dikalahkan, dan rasa malas di pagi hari adalah "jenderal kegelapan" yang harus ditaklukkan.
Diproduksi oleh studio CloverWorks, yang dikenal mampu menangani drama karakter dan komedi dengan baik (seperti dalam Bocchi the Rock!), "Tojima-kun" mendapatkan sentuhan visual yang pas. Desain karakter yang sederhana namun ekspresif membuat setiap lelucon dan momen emosional tersampaikan dengan sempurna.
Pengisi suara Tojima, Tomokazu Sugita (dikenal sebagai Gintoki dari Gintama), menjadi pilihan yang brilian. Kemampuannya untuk beralih dari nada monoton seorang pekerja kantoran yang lelah ke teriakan penuh semangat seorang calon pahlawan menambah lapisan komedi yang signifikan.

Tojima Wants to Be a Kamen Rider lebih dari sekadar anime komedi. Ini adalah pengingat yang hangat bahwa tidak ada kata terlambat untuk mengejar apa yang kita cintai, dan bahwa "kepahlawanan" bisa ditemukan dalam tindakan-tindakan kecil sehari-hari. Dengan humor yang cerdas, karakter yang memikat, dan pesan positif yang kuat, anime ini dipastikan akan menjadi salah satu comfort show terbaik musim ini. Sebuah tontonan wajib bagi siapa saja yang pernah bermimpi menjadi pahlawan.