Dalam dunia anime isekai, sedikit karakter yang mampu memecah opini fans seperti Rudeus Greyrat dari Mushoku Tensei: Jobless Reincarnation. Ia bukan tipe protagonis yang mudah dicintai, namun juga bukan karakter yang bisa diabaikan begitu saja. Kompleksitasnya, masa lalunya, dan cara ia berkembang sepanjang cerita membuat publik terbelah antara membenci, memahami, atau justru menganggapnya sebagai salah satu protagonis terbaik di genre isekai.
Kenapa bisa begitu? Berikut pembahasan lengkapnya.
Sebelum bereinkarnasi, Rudeus hidup sebagai pria dewasa yang terisolasi, memiliki kebiasaan buruk, dan menyimpan luka emosional yang dalam. Beberapa sikapnya di masa awal reinkarnasi dianggap kelewatan, terutama terkait perilaku seksualnya yang sering membuat penonton tidak nyaman.
Banyak penonton baru langsung menolak karakter ini, tetapi sebagian lain melihat hal itu sebagai bagian penting dari fondasi karakter Rudeus sebelum ia berkembang lebih jauh. Ia memang sengaja digambarkan sebagai manusia yang rusak di awal, bukan sosok ideal seperti protagonis isekai kebanyakan.
Mushoku Tensei dikenal sebagai cerita isekai yang sangat fokus pada pertumbuhan karakter yang realistis. Rudeus dibuat memiliki sisi baik dan buruk yang ekstrem, sehingga penontonnya tidak bisa bersikap netral.
Ia tidak sempurna, tidak selalu benar, dan bahkan sering mengambil keputusan buruk. Justru karena terlalu manusiawi itulah sebagian orang sulit menyukainya. Anime jarang menyajikan protagonis sedetail dan sesulit ini, sehingga reaksi keras pun muncul.

Rudeus tidak berubah dalam satu episode atau satu arc. Perubahan dirinya berlangsung lambat, konsisten, dan bertahap sepanjang cerita. Ia membutuhkan waktu untuk belajar memperlakukan orang lain dengan lebih baik, mengendalikan dirinya, serta memahami makna tanggung jawab.
Masalahnya, tidak semua penonton sabar mengikuti perkembangan karakter yang sangat rapi namun perlahan ini. Banyak yang keburu menilai buruk dirinya sebelum melihat transformasi penuh yang ia alami.
Mushoku Tensei tidak menghilangkan adegan sensitif yang memancing perdebatan. Ada momen yang membuat sebagian penonton merasa tidak nyaman, dan ini berkontribusi besar terhadap citra negatif Rudeus. Meskipun secara naratif adegan tersebut punya konteks, sebagian fans menilai karakter ini hanya dari potongan adegan tertentu tanpa melihat keseluruhan perjalanan emosionalnya.
Banyak penonton masuk ke Mushoku Tensei dengan ekspektasi isekai ringan dan menyenangkan. Padahal, sejak awal seri ini ditujukan sebagai cerita coming-of-age yang gelap, penuh trauma, dan fokus pada penyembuhan diri.
Rudeus memang dibuat tidak bersih. Ia membawa luka, kelemahan, dan kesalahan, yang kemudian menjadi dasar pertumbuhan dirinya. Bagi sebagian penonton, ini terasa tidak sesuai dengan harapan mereka terhadap anime isekai.
Mushoku Tensei termasuk salah satu anime paling dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir. Popularitas ini otomatis menarik lebih banyak kritik, terutama dari mereka yang tidak cocok dengan tone cerita atau karakter utamanya. Semakin banyak orang menonton, semakin besar pula kelompok yang tidak menyukai Rudeus.
Rudeus Greyrat adalah karakter yang sengaja dibuat kontroversial. Ia bukan pahlawan ideal, melainkan manusia rusak yang berusaha memperbaiki diri sedikit demi sedikit. Ada alasan kuat mengapa sebagian orang membencinya, tetapi ada juga alasan kenapa banyak fans menganggapnya sebagai salah satu protagonis paling baik dari segi penulisan karakter.
Ia adalah refleksi manusia yang ingin berubah, meskipun jalannya penuh kesalahan, luka, dan masa lalu kelam. Dan justru karena inilah Rudeus menjadi begitu berkesan.