Apakah Orang yang Nonton Anime dan Hobi Jejepangan Otomatis Disebut Wibu?

Apakah Orang yang Nonton Anime dan Hobi Jejepangan Otomatis Disebut Wibu?

Anime & Manga
05 December 2025
17 views

Fenomena “wibu” sudah lama hadir di kehidupan sosial masyarakat Indonesia, terutama sejak anime, manga, dan budaya pop Jepang semakin populer lewat internet dan media sosial. Di satu sisi, budaya Jepang—mulai dari anime, manga, J-Pop, hingga game Jepang—mempunyai basis penggemar besar dan loyal. 

Namun di sisi lain, istilah “wibu” seringkali mendapat sentimen negatif, bahkan digunakan sebagai bahan olok-olokan kepada orang yang dianggap terlalu menyukai hal-hal berbau Jepang.

Lalu, apakah setiap orang yang menonton anime langsung disebut wibu? Atau ada batas tertentu yang membedakan penggemar biasa dengan wibu? Artikel ini membahas fenomenanya secara lengkap.

Fenomena Wibu dalam Kehidupan Sosial

Istilah “wibu” berasal dari kata “weeaboo”, sebuah istilah yang muncul dari forum internet Barat seperti 4chan. Secara umum, wibu merujuk pada orang non-Jepang yang terlalu mengagungkan budaya populer Jepang secara berlebihan. Dalam banyak kasus, wibu digambarkan sebagai sosok yang sangat terobsesi pada anime, manga, Jepang, bahkan sampai menggunakan bahasa Jepang dalam percakapan sehari-hari.

Di Indonesia, perkembangan fandom Jepang tergolong masif. Komunitas anime, cosplayer, idol Jepang, hingga komunitas game Jepang sangat aktif dan mudah ditemukan di berbagai kota. Meski begitu, seiring perkembangan budaya internet, istilah wibu jadi punya konotasi negatif—seolah menjadi simbol dari “penggemar yang berlebihan”.

Padahal, tidak semua penggemar budaya Jepang bisa dimasukkan ke dalam kategori wibu.

Ciri-Ciri Umum Seorang Wibu

Berdasarkan berbagai sumber populer tentang istilah weeaboo/wibu, beberapa ciri yang sering dikaitkan dengan wibu antara lain:

  1. Sangat menyukai budaya pop Jepang
    Terutama anime, manga, J-pop, idol Jepang, hingga game Jepang ber-genre JRPG atau visual novel.

  2. Menganggap budaya Jepang lebih unggul dari budaya lain
    Ini sering terlihat dari komentar-komentar yang terlalu memuja Jepang secara berlebihan.

  3. Sering menyisipkan bahasa Jepang dalam percakapan
    Misalnya menggunakan kata baka, arigatou, kawaii, atau senpai dalam percakapan sehari-hari dengan sesama teman Indonesia.

  4. Mengoleksi merchandise mahal
    Mulai dari action figure, poster, dakimakura, hingga blu-ray anime.

  5. Memiliki karakter fiktif sebagai “waifu” atau “husbando”
    Ini dianggap sebagai bentuk obsesi yang menonjol dalam budaya wibu.

  6. Suka berkhayal hidup ala anime
    Mulai dari sekolah ala Jepang hingga imajinasi untuk tinggal di dunia anime.

Tidak semua poin ini harus ada pada seseorang untuk disebut wibu, tetapi kombinasi beberapa ciri di atas umumnya melekat pada stereotip tersebut.

Kenapa Istilah Wibu Dipandang Negatif?

Ada beberapa alasan mengapa istilah wibu sering dicap negatif:

  • Over-obsesi hingga mengabaikan budaya sendiri
    Banyak yang menilai wibu “terlalu mengidolakan” Jepang sampai merendahkan hal-hal lokal.

  • Perilaku dianggap cringe atau memalukan
    Penggunaan bahasa Jepang secara dipaksakan dalam kehidupan sehari-hari sering dianggap aneh.

  • Stereotip sosial
    Wibu kerap disangkutpautkan dengan sifat introvert ekstrem, jarang bersosialisasi, atau terlalu larut dalam dunia fiksi.

  • Efek media sosial
    Meme dan budaya roasting membuat istilah wibu makin condong ke arah ejekan dan humor internet.

Namun perlu digarisbawahi: tidak semua penggemar anime adalah wibu.

Apakah Menonton Anime Otomatis Membuat Seseorang Jadi Wibu?

Jawabannya: Tidak.

Menonton anime adalah aktivitas hiburan biasa, sama seperti menonton film Hollywood, drama Korea, atau kartun barat. Seseorang baru bisa dikategorikan wibu jika memenuhi beberapa pola perilaku yang berlebihan seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Jika seseorang:

  • menonton anime,

  • menyukai manga,

  • tetapi juga menonton film mainstream, kartun barat, atau hiburan global lainnya,

maka orang tersebut bukanlah wibu, melainkan hanya penggemar anime pada level wajar.

Begitu pula penggemar Jepang yang hanya suka:

  • game Jepang seperti Final Fantasy, Persona, Resident Evil,

  • J-pop, J-Rock,

  • Idol group Jepang,

tidak otomatis termasuk wibu—selama tidak menunjukkan obsesi ekstrem dan tidak menempatkan budaya Jepang di atas segalanya secara tak rasional.

Tidak Semua Pecinta Jejepangan adalah Wibu

Comiket, Vocaloid, Hololive, game Jepang, atau idol group seperti AKB48, Nogizaka46, hingga grup lokal yang terinspirasi dari Jepang—semua itu adalah bagian dari budaya pop Jepang yang bisa dinikmati secara normal.

Banyak orang menyukai aspek tertentu dari budaya Jepang hanya karena kualitasnya, bukan karena obsesi.

Harapan dan Citra Positif: Wibu Juga Bisa Punya Nilai Lebih

Meski istilah wibu sering dipandang negatif, sebenarnya komunitas penggemar budaya Jepang punya banyak potensi positif.

  1. Peluang kerja di Jepang
    Banyak wibu yang akhirnya bekerja di Jepang karena:
  • sudah familier dengan bahasa Jepang,

  • paham budaya kerja dasar,

  • tertarik mempelajari bahasa atau teknologinya.

Perusahaan Jepang sangat menghargai pekerja asing yang memahami budaya mereka.

  1. Motivasi belajar dan meningkatkan skill
    Kecintaan pada anime dan budaya Jepang sering mendorong seseorang untuk:
  • belajar bahasa Jepang,

  • belajar gambar/manga,

  • belajar musik J-pop,

  • memahami teknologi atau culinary Jepang.

  1. Motivasi finansial dan karier
    Sebagian wibu bahkan menjadikan kecintaan mereka sebagai target hidup—misalnya ingin bekerja keras agar bisa liburan ke Jepang, menghadiri konser idol, atau membeli merchandise resmi.
  2. Industri kreatif semakin berkembang
    Banyak animator, penulis, ilustrator, cosplayer, hingga YouTuber yang sukses karena terinspirasi dari budaya Jepang.

Kesimpulan

Tidak semua yang menonton anime, main game Jepang, atau suka idol group Jepang otomatis disebut wibu.

Wibu adalah istilah yang merujuk pada tingkat obsesi tertentu yang berlebihan, bukan sekadar minat wajar.

Fenomena wibu memang sering mendapat sentimen negatif, tetapi fanbase ini juga memiliki sisi positif. Dengan minat yang tepat, kecintaan terhadap budaya Jepang bisa berubah menjadi peluang nyata—dari karier, pengembangan skill, hingga pengalaman bekerja atau liburan langsung di Jepang.

Pada akhirnya, menikmati anime atau budaya jejepangan adalah hal yang normal. Yang penting adalah tetap proporsional, tidak berlebihan, dan mampu menempatkan hobi sebagai bagian dari kehidupan yang sehat dan produktif.

Nantikan informasi-informasi menarik lainnya dan jangan lupa untuk ikuti Facebook dan Instagram Dunia Games ya. Kamu juga bisa dapatkan voucher game untuk Mobile Legends, Free Fire, Call of Duty Mobile dan banyak game lainnya dengan harga menarik hanya di Top-up Dunia Games.