Dalam beberapa tahun terakhir, esports berkembang pesat dari sekadar turnamen komunitas menjadi industri global bernilai miliaran dolar. Salah satu perkembangan terbesar adalah adopsi sistem waralaba atau franchise, yaitu model bisnis yang mengizinkan organisasi membeli “slot tetap” di dalam liga resmi.
Sama seperti dalam olahraga tradisional seperti NBA atau Liga Premier, tim-tim dalam liga waralaba tidak bisa terdegradasi, dan memiliki hak eksklusif untuk bertanding di liga tersebut. Model ini kini digunakan dalam berbagai liga esports populer, seperti:
League of Legends Championship Series (LCS)
League of Legends EMEA Championship (LEC)
Overwatch League (OWL)
VALORANT Champions Tour (VCT) - Franchise 2023 ke atas
PUBG Global Series (PGS)
Berbeda dengan sistem turnamen terbuka, dalam model waralaba:
Tim membayar biaya keanggotaan untuk masuk ke liga resmi.
Mereka menerima hak siar, pendapatan sponsor bersama, dan dukungan infrastruktur dari penyelenggara liga (seperti Riot Games atau Blizzard).
Liga memiliki struktur tertutup, artinya tidak ada degradasi, sehingga organisasi bisa membangun bisnis jangka panjang dengan lebih stabil.
Contoh nyata adalah VCT (VALORANT Champions Tour) yang mengadopsi sistem franchise pada tahun 2023. Hanya tim-tim yang lolos seleksi Riot Games dan masuk ke daftar mitra yang bisa bertanding di liga internasional.
Model franchise menawarkan banyak keuntungan bagi pengembang game, organisasi tim, dan pemain:
Tanpa risiko degradasi, organisasi bisa fokus pada pengembangan pemain, branding, dan fanbase jangka panjang.
Dengan pendapatan dari sponsor liga, merchandise, dan hak siar dibagi rata, tim lebih mudah membangun model keuangan yang berkelanjutan.
Tim franchise biasanya mendapatkan dukungan langsung dari publisher seperti Riot Games (LoL, VALORANT), baik berupa media exposure, slot turnamen eksklusif, hingga kolaborasi konten.
Meski menawarkan banyak kelebihan, sistem ini juga menuai kritik:
Biaya masuk sangat tinggi, bisa mencapai jutaan dolar, membuat banyak organisasi kecil tersingkir.
Liga tertutup dianggap menghambat talenta baru, karena tim baru kesulitan menembus kasta tertinggi.
Beberapa liga franchise seperti Overwatch League sempat mengalami penurunan penonton dan sponsor, menunjukkan bahwa model ini bukan tanpa risiko.
Di Indonesia, sistem franchise esports masih relatif baru. Saat ini, sebagian besar turnamen masih menggunakan sistem terbuka, terutama di scene seperti Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) dan PUBG Mobile.
Namun, Mobile Legends Professional League (MPL) di Indonesia sudah mengarah ke sistem franchise, di mana hanya tim-tim tertentu yang mendapatkan slot tetap, seperti RRQ, EVOS, ONIC, dan Bigetron.
Model ini berhasil menciptakan rivalitas kuat, basis penggemar yang besar, dan ekosistem yang lebih stabil dibanding sistem turnamen terbuka.
Waralaba esports adalah evolusi dari sistem turnamen tradisional menuju ekosistem yang lebih profesional, terstruktur, dan berorientasi jangka panjang. Meski tidak sempurna, sistem ini membawa peluang besar bagi organisasi, pemain, dan penggemar untuk menikmati esports sebagai bentuk hiburan kompetitif yang terus berkembang.
Seiring dengan pertumbuhan industri esports di Asia Tenggara dan Indonesia, bukan tidak mungkin sistem waralaba akan menjadi standar baru di masa depan.