10 Fakta Devil May Cry 2, Game Seri DMC yang Paling Kontroversial

10 Fakta Devil May Cry 2, Game Seri DMC yang Paling Kontroversial

Games
25 December 2025
12 views

Kamu mungkin sudah sering dengar bahwa Devil May Cry 2 adalah seri yang paling dibenci di antara para penggemar DMC. Padahal di atas kertas, ini adalah kelanjutan dari aksi stylish ala Devil May Cry pertama yang sangat meledak di era PlayStation 2. Kenyataannya, rilisnya justru meninggalkan rasa pahit dan jadi bahan perdebatan panjang di komunitas.

Setelah bertahun-tahun, reputasinya masih belum sepenuhnya pulih. Namun di balik semua kontroversi itu, ada banyak fakta menarik yang membuat Devil May Cry 2, tetap layak dibahas oleh kamu yang suka menggali sejarah sebuah seri game. Dari proses pengembangan yang berantakan, keputusan desain yang aneh, sampai dampaknya terhadap arah seri secara keseluruhan.

Berikut 10 fakta tentang Devil May Cry 2 yang bakal bikin kamu makin paham kenapa game ini begitu kontroversial.

top up Roblox DG

1. Pengembangan Diambil Alih di Tengah Jalan

Devil May Cry 2

Salah satu alasan terbesar kenapa Devil May Cry 2 terasa berbeda adalah proses pengembangannya yang berantakan. Sekuel ini awalnya dikerjakan oleh tim berbeda dari Team Little Devils yang mengerjakan Devil May Cry pertama. Banyak anggotanya berasal dari tim yang lebih fokus ke game arcade dan belum punya banyak pengalaman dengan aksi 3D yang cepat dan stylish.

Di tengah proses produksi, sutradara awal proyek ini kabarnya mundur dan posisi tersebut kemudian diambil alih oleh Hideaki Itsuno hanya sekitar enam bulan sebelum rilis. Dengan waktu sesempit itu, mustahil bagi Itsuno untuk membongkar semuanya dan membangun ulang game dari nol. Akhirnya, banyak keputusan desain yang sudah terlajur diambil harus dibiarkan, dan hasil akhirnya terasa setengah matang.

2. Awalnya Tidak Dibuat untuk Dante

Yang lebih unik lagi, ada laporan bahwa konsep awal Devil May Cry 2 bahkan tidak menampilkan Dante sebagai tokoh utama. Proyek ini konon sempat dirancang dengan karakter berbeda, seorang pria berjaket hijau dan berlatar di kota modern yang terinspirasi New York.

Rencana itu berubah seiring berjalannya waktu. Manajemen Capcom menyadari kekuatan nama Devil May Cry, sehingga karakter utama diganti menjadi Dante dan dunia ceritanya disesuaikan dengan mitologi seri. Di versi final, kamu bertarung di pulau fiksi Vie de Marli melawan pengusaha misterius bernama Arius dan ancaman iblis Argosax.

3. Dampak Tragedi Dunia Nyata pada Latar Cerita

Rencana awal yang mengambil inspirasi kuat dari New York disebut-sebut ikut terpengaruh oleh tragedi 11 September di Amerika Serikat. Sensitivitas terhadap tema kehancuran kota modern membuat beberapa konsep harus dirombak. Akhirnya, tim memilih latar pulau dan kota fiksi agar terlepas dari asosiasi langsung dengan kejadian dunia nyata.

Perubahan latar ini mungkin membuat cerita Devil May Cry 2 terasa agak generik bagi sebagian pemain. Kota dan lingkungan yang seharusnya bisa terasa ikonik malah jadi relatif datar, dengan bangunan sepi dan area luas yang tidak terlalu memorable buat kamu yang berharap sesuatu sekuat kastil Mallet Island di Devil May Cry pertama.

4. Perubahan Kepribadian Dante yang Bikin Fans Kaget

Satu hal yang paling sering jadi bahan kritik adalah perubahan sikap Dante. Di game pertama, kamu mengenal Dante sebagai pembasmi iblis yang suka bercanda, cuek, dan penuh gaya. Namun di sini, ia dibuat jauh lebih dingin, pendiam, dan jarang mengeluarkan dialog yang berkesan.

Menurut beberapa laporan, ada produser yang kurang menyukai versi Dante yang terlalu banyak bercanda di game pertama. Karena itu, di Devil May Cry 2 ia dibayangkan sebagai pemburu iblis yang lebih dewasa, serius, dan "cool" dengan cara yang berbeda. Sayangnya, buat banyak penggemar dan juga kamu yang senang karakter nyentrik, perubahan ini justru terasa membosankan.

5. Desain Pertarungan yang Terlalu Mudah dan Kurang Dalam

Devil May Cry 2

Jika dibandingkan dengan game lainnya di seri DMC, pertarungan Devil May Cry 2 sering dianggap terlalu mudah. Musuh cenderung pasif, tingkat kesulitannya rendah, dan sistem combat tidak menuntut improvisasi kombo sedalam game lain di genrenya.

Banyak senjata terasa seperti variasi lemah atau kuat dari senjata yang sama, bukan pilihan dengan gaya bertarung unik. Buat kamu yang suka menghafal kombo dan memaksimalkan style rank, sistem ini jelas terasa miskin. Tidak heran kalau banyak pemain menyebut game ini sebagai titik terlemah dari sisi gameplay dalam seri.

6. Dua Disk, Dua Karakter, tapi Banyak Konten Daur Ulang

Salah satu ide besar di Devil May Cry 2, adalah memberi kamu dua kampanye berbeda: satu bermain sebagai Dante, satu lagi sebagai Lucia. Di versi PlayStation 2 asli, ini bahkan dikemas dalam dua keping disk terpisah sehingga terkesan seperti paket besar dan mahal.

Masalahnya, banyak misi dan area yang dipakai oleh Dante dan Lucia ternyata sangat mirip, hanya dengan sedikit perubahan rute atau urutan. Alih-alih terasa seperti dua petualangan penuh, sebagian pemain merasa kontennya seperti di-recycle untuk memanjangkan umur permainan. Ide dasarnya menarik, tapi eksekusinya setengah hati sehingga terasa mengecewakan buat kamu yang berharap dua kampanye penuh.

7. Kolaborasi Fashion dengan Diesel yang Ikonik tapi Aneh

Walaupun kontroversial, Devil May Cry 2 punya satu hal unik: kolaborasi resmi dengan brand fashion Diesel. Capcom bekerja sama dengan Diesel untuk menghadirkan kostum khusus yang diambil dari koleksi Autumn/Winter 2002. Ada kostum alternatif untuk Dante dan dua varian untuk Lucia yang bisa kamu buka di dalam game.

Kolaborasi ini membuat Devil May Cry 2, terasa sangat early 2000s: edgy, stylish, tapi juga sedikit nyeleneh. Di satu sisi, ini menunjukkan bagaimana Capcom berusaha menempatkan seri DMC sebagai ikon gaya anak muda. Di sisi lain, untuk kamu yang fokus ke sisi aksi dan cerita, kerja sama fashion ini mungkin terasa tidak terlalu penting dibanding masalah inti gamenya.

8. Terjual Jutaan Kopi, tapi Tetap Dianggap Mengecewakan

Menariknya, meski dibanjiri kritik, Devil May Cry 2 bukanlah kegagalan total dari sisi penjualan. Game ini terjual lebih dari satu juta kopi dalam waktu relatif singkat dan bahkan mendapat penghargaan Gold Prize di PlayStation Awards di Jepang.

Namun, angka tersebut masih berada di bawah ekspektasi internal Capcom, apalagi jika dibandingkan dengan potensi nama besar Devil May Cry. Belakangan, termasuk dari rilis ulang seperti Devil May Cry HD Collection, total penjualannya dikabarkan menembus jutaan unit di seluruh dunia. Jadi, meski reputasinya buruk di kalangan fans garis keras, kenyataannya masih banyak pemain termasuk mungkin kamu yang penasaran mencobanya.

9. Kode Sumber Bocor karena Serangan Siber

Tahun 2020, Capcom menjadi korban serangan ransomware yang menyebabkan bocornya berbagai data internal perusahaan. Salah satu yang ikut tersebar ke publik adalah source code cadangan untuk Devil May Cry 2. Hal ini menambah bab baru yang cukup pahit dalam sejarah game ini.

Bagi sebagian orang, kebocoran itu memberikan pandangan lebih dalam tentang bagaimana game tersebut disusun. Namun dari sisi perusahaan, jelas ini adalah insiden serius. Fakta bahwa Devil May Cry 2, ikut disebut-sebut dalam kasus ini makin mengukuhkan reputasinya sebagai entri seri yang selalu diikuti cerita tidak sedap, bahkan bertahun-tahun setelah rilis.

10. Kegagalannya Membuka Jalan untuk Kebangkitan Seri DMC

Devil May Cry 2

Di balik semua kontroversi, banyak kreator dan penggemar sepakat bahwa kegagalan Devil May Cry 2 justru memaksa Capcom untuk bangkit lebih kuat. Ketika Hideaki Itsuno kembali mengarahkan Devil May Cry 3, ia benar-benar mengubah pendekatan: combat lebih dalam, tingkat kesulitan menantang, dan kepribadian Dante kembali ke versi yang lebih berani dan penuh aksi.

Banyak wawancara menyebut bahwa pengalaman pahit mengerjakan Devil May Cry 2 dalam waktu sempit menjadi pelajaran penting bagi Itsuno dan tim. Dari situ, lahir seri-seri yang jauh lebih dipuji seperti Devil May Cry 3 dan Devil May Cry 5. Jadi meskipun Devil May Cry 2, sering jadi bahan bercanda di komunitas, kontribusinya terhadap arah masa depan seri sebenarnya sangat besar.

Akhirnya, mau kamu benci atau justru diam-diam menyukainya, Devil May Cry 2 adalah bagian penting dari sejarah DMC. Game ini menunjukkan bagaimana keputusan bisnis, keterbatasan waktu, dan eksperimen kreatif bisa membentuk nasib sebuah seri besar. Kalau kamu tertarik dengan evolusi game aksi stylish, memahami jatuh bangunnya Devil May Cry 2 akan membuat kamu makin menghargai betapa istimewanya entri-entri berikutnya dalam seri ini.

Nantikan informasi-informasi menarik lainnya dan jangan lupa untuk ikuti Facebook dan Instagram Dunia Games ya. Kamu juga bisa dapatkan voucher game untuk Mobile Legends, Free Fire, Call of Duty Mobile dan banyak game lainnya dengan harga menarik hanya di Top-up Dunia Game.